KONTAK SAYA

eMail Twitter Facebook

TELUSURI

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Rabu, 29 September 2010

Budaya Organisasi, Negara dan Korupsi Indonesia

Dilihat, dicari, dimaknai, di timbang-timbang Menariknya Negara Juga Adalah Sebuah Organisasi! Ada tujuan, ada pemimpin, ada penggerak, ada kas, ada asset, ada investor dan kawan-kawannya. Maka bisa dikatakan Indonesia adalah sebuah organisasi. Dan menariknya lagi penemuan Hofstede (2001) bisa di aplikasikan disini.
Organisasi Indonesia ini bukan organisasi biasa, ini adalah organisasi yang besar dengan potensi besar dan penggerak yang tidak kalah besarnya. Apa lagi ditambah dengan Pancasila sebagai pedoman menjalankan organisasi, menjadikan organisasi ini seperti sebuah koperasi. Diciptakan untuk kesejahteraan anggotanya.
Namun organisasi yang kental dengan budaya kebersamaan ini rawan untuk berubah wujud jadi kebersamaan dengan konotasi negative yang dikenal juga dengan komunalisme yang sarat berkaitan dengan praktek korupsi. Jika satu orang terjangkit praktek korupsi dan orang ini adalah seorang pemimpin maka dampaknya sangat besar. Mengapa? Karena dengan budaya kebersamaan yang tinggi dan tingkat penghormatan terhadap yang dituakan sangat mutlak maka bila sang pemimpin terjangkit, maka akan ada kemungkinan juga sang pemimpin memberikan pengaruh buruk kepada yang lainnya. Kemungkinan menolak ada, namun kecil jika mayoritas sudah terjangkit dan akhirnya berlanjut terus.
Jika praktek korupsi menyebar luas dan telah mengakar daging, maka kemungkinan untuk dirubah sangat berat. Hofstede menemukan bahwa manusia Indonesia lebih sulit untuk mengambil resiko dan lebih sulit untuk mengadakan sebuah perubahan dibanding Singapore dan Malaysia. Maka jelas untuk sebuah perubahan maka akan sangat susah. Jika memang harus, maka bukanlah perubahan drastis dan cepat. Butuh waktu. Kalau kronik maka akan lebih lama.
Lalu pada akhirnya orang-orang korup ini akan menjadi penyedot kesejahteraan. Menyedot dan menyedot sehingga hati dan pikiran tertutup. Menjadi tidak kompeten di bidangnya, terbiasa menyedot tanpa memberikan yang terbaik. Mungkin jika terus dibiasakan maka urutan Indonesia akan semakin memburuk, semakin terkenal menjadi tidak kompeten dan tidak result orientation.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar